Batasan atau definisi wacana yang dikemukakan para ahli bahasa sangat beragam. Antara definisi yang satu dengan yang lain terdapat perbedaan-perbedaan karena sudut pandang yang digunakan pun berbeda. Namun demikian, juga terdapat teras-inti bersama atau persamaan-persamaan di antara definisi-definisi itu.
Kata wacana berasal dari kata vacana ‘bacaan’ dalam bahasa Sansekerta. Kata vacana itu kemudian masuk ke dalam bahasa Jawa Kuna dan bahasa Jawa Baru; wacana atau ‘bicara, kata ucapan’. Kata wacana dalam bahasa Jawa Baru itu kemudian diserap ke dalam bahasa Indonesia menjadi wacana ‘ungkapan, percakapan, kuliah’, seperti dituturkan Poerwadarminta dalam Baryadi (2002:1)
Istilah wacana diperkenalkan dan digunakan oleh para linguis di Indonesia sebagai padanan (terjemahan) dari istilah bahasa Inggris discourse. Kata discourse berasal dari bahasa latin discursus yang berarti ’lari kesana kemari’ atau ’lari bolak-balik’. Kata ini diturunkan dari dis (dan/dalam arah yang berbeda) dan currere (lari). Jadi, discursus berarti ‘lari dari arah yang berbeda’. Makna istilah tersebut mengalami perkembangan, sehingga memiliki arti sebagai ‘pertemuan antarbagian yang membentuk suatu kepadanan’, menurut Dede Oetomo dalam Mulyana (2005:4).
Menurut Baryadi (2001:3), baik wacana maupun discourse merupakan istilah linguistik yang dimengerti sebagai “satuan lingual (linguistic unit(s)) yang berada di atas tataran kalimat”. Lebih lanjut, Baryadi mengungkapkan bahwa analisis wacana mengkaji wacana, baik dari segi internal maupun eksternalnya. Dari segi internal, wacana dikaji dari jenis, struktur, dan hubungan bagian-bagian wacana; sedangkan dari segi eksternal, wacana dikaji dari segi keterkaitan wacana itu denga pembicara, hal yang dibicarakan, dan mitra bicara. Dengan demikian, tujuan pengkajian wacana adalah untuk mengungkapkan kaidah kebahasaan yang mengonstruksi wacana, memproduksi wacana, pemahaman wacana, dan pelambangan suatu hal dalam wacana.
Kridalaksana via Sumarlam (2003:5), mengemukakan bahwa wacana sebagai satuan bahasa terlengkap; dalam hirarki gramatikal merupakan satuan gramatikal tertinggi atau terbesar. Wacana ini direalisasikan dalam bentuk karangan yang utuh (novel, buku, seri ensiklopedia, dsb.), paragraf, kalimat atau kata yang membawa amanat yang lengkap. Hal yang penting adalah keutuhan atau kelengkapan maknanya. Adapun bentuk konkretnya dapat berupa apa saja (kata, kalimat, paragraf, atau sebuah karangan yang utuh) terpenting makna, isi dan amanatnya lengkap.
Senada dengan Kridalaksana, Tarigan (1987:27) juga mendefinisikan wacana sebagai satuan bahasa terlengkap dan tertinggi atau terbesar di atas kalimat atau klausa dengan koherensi dan kohesi tinggi yang berkesinambungan yang mempunyai awal dan akhir nyata disampaikan secara lisan atau tertulis. Tarigan menyebutkan ada delapan unsur penting yang merupakan hakikat wacana. Kedelapan unsur yang dimaksud ialah (1) satuan bahasa, (2) terlengkap/terbesar/tertinggi, (3) di atas kalimat/klausa, (4) teratur/tersusun rapi/rasa koherensi, (5) berkesinambungan/kontinuitas, (6) rasa kohesi/rasa kepaduan, (7) lisan/tulis, dan (8) awal dan akhir yang nyata.
Menurut Anton Moeliono dalam Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia (1988:34 & 334) wacana ialah rentetan kalimat yang berkaitan, sehingga terbentuklah mkna yang serasi di antara kalimat itu; atau wacana adalah rentetan kalimat yang berkaitan yang menghubungkan proposisi yang satu dengan proposisi yang lain membentuk satu kesatuan. Dalam definisi itu, unsur kesatuan dan hubungan antar kalimat dan keserasian makna merupakan ciri penting atau esensial di dalam wacana. Kesatuan hubungan tersebut harus didukung adanya hubungan proposisi, yaitu konfigurasi makna yang menjelaskan isi komunikasi dari suatu pembicaraan.
Sedangkan di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1988:1005) dinyatakan bahwa wacana merupakan kelas kata benda (nomina) yang mempunyai arti: (a) ucapan, perkataan, tuturan; (b) keseluruhan tutur yang merupakan suatu kesatuan; (c) satuan bahasa terlengkap, realisasinya tampak pada bentuk karangan yang utuh, seperti novel, buku, atau artikel.
Dengan mempertimbangkan segi-segi perbedaan dan persamaan yang terdapat pada berbagai batasan wacana tersebut, secara ringkas dan padat pengertian wacana dapat dirumuskan sebagai berikut. Wacana adalah satuan bahasa terlengkap yang dinyatakan secara lisan atau tulis yang dilihat dari struktur lahirnya (dari segi bentuk) bersifat kohesif dan saling terkait, serta dari struktur batinnya (dari segi makna) bersifat koheren dan terpadu.
Bila pengkajian wacana dikembalikan dan dicari intinya, menjadi jelas bahwa hakikat wacana ialah satu bahasan yang lebih luas dari pada kalimat, mengandung amanat lengkap dan utuh. Hal yang lebih relevan lagi ialah bahwa wacana umumnya memiliki aspek-aspek pengaruh wacana yang bersifat kontekstual.
0 Response to "Definisi Wacana Menurut Ahli Bahasa"
Post a Comment