Media pembelajaran didesain sedemikian rupa dengan maksud untuk mengaktifkan siswa dalam belajar. Siswa yang aktif tentunya akan terlibat secara langsung dan memberikan kontribusi terhadap pencapaian tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Oleh karenanya inti penggunaan media pembelajaran yaitu memberikan variasi pada kegiatan mengajar agar mengaktifkan siswa dan melibatkan peran siswa dalam proses pembelajaran di kelas.
Banyak media yang dapat digunakan guru dalam mengajarkan siswa, namun tidak semua media pembelajaran yang digunakan sesuai dengan materi pembelajaran atau karakteristik siswa. Oleh karenanya guru harus dapat menentukan media yang sesuai dengan kebutuhan belajar siswa. Salah satu media pembelajaran yang dapat digunakan guru yaitu metode Mind Mapping. Menurut Buzan (2007:4) mengungkapkan bahwa Mind Mapping adalah cara mencatat yang kreatif, efektif, dan secara hadiah yang akan “memetakan” pikiran. Selanjutnya Suprijono (2010:106) menjelaskan bahwa “Mind Mapping” adalah salah satu cara untuk menguatkan pengetahuan dan pemahaman peserta didik terhadap bahan-bahan yang telah dibacakan atau dijelaskan.
Sejalan dengan hal tersebut (Hidayat 2007:188) mengemukakan bahwa “Mind Mapping” atau pemetaan pemikiran merupakan cara kreatif bagi peserta didik untuk menghasilkan ide-ide, mencatat pelajaran, atau merencanakan penelitian baru. Dengan memerintahkan peserta didik untuk membuat peta pikiran, mereka akan menemukan kemudahan untuk mengidentifikasi secara jelas dan kreatif pada apa yang mereka pelajari dan apa yang sedang mereka rencanakan”.
Sementara itu, DePorter (2006:152) mengungkapkan bahwa “Peta pikiran menggunakan pengingat-ingat visual dan sensorik dalam suatu pola dari ide-ide yang berkaitan, seperti peta jalan yang digunakan untuk belajar, mengorganisasikan, dan merencanakan. Peta pikiran ini dapat membangkitkan ide-ide orisinal dan memicu ingatan yang mudah. Sedangkan menurut Trianto (2009:64) “Mind Mapping” atau peta pikiran adalah cara paling efektif dan efesien untuk memasukkan, menyimpan dan mengeluarkan data dari/ke otak. Sehingga siswa dengan mudah menggali informasi dari dalam dan dari luar otak. Dalam peta pikiran, sistem bekerja otak diatur secara alami. Otomatis kerjanya pun sesuai dengan kelamian cara berpikir manusia”.
Dengan demikian Mind Mapping atau peta pikiran adalah sebuah diagram yang digunakan untuk mempresentasikan kata-kata, ide-ide (pikiran), tugas-tugas dan hal-hal lain yang dihubungkan dari ide pokok otak. Mind mapping juga digunakan untuk menggeneralisasikan, memvisualisasikan serta mengklarifikasikan ide-ide dan sebagai bantuan dalam belajar, berorganisasi, pemecahan masalah, dan pengambilan keputusan.
Dari berbagai pendapat para ahli tersebut, dapat dijelaskan bahwa Mind Mapping adalah suatu cara memetakan sebuah informasi yang digambarkan dalam bentuk cabang-cabang pikiran dengan berbagai imajinasi kreatif. Proses belajar yang dialami seseorang sangat bergantung kepada lingkungan tempat belajar. Jika lingkungan belajar dapat memberikan sugesti positif, maka akan baik dampaknya bagi proses dan hasil belajar, sebaliknya jika lingkungan tersebut memberikan sugesti negatif maka akan buruk dampaknya bagi proses dan hasil belajar.
Banyak media yang dapat digunakan guru dalam mengajarkan siswa, namun tidak semua media pembelajaran yang digunakan sesuai dengan materi pembelajaran atau karakteristik siswa. Oleh karenanya guru harus dapat menentukan media yang sesuai dengan kebutuhan belajar siswa. Salah satu media pembelajaran yang dapat digunakan guru yaitu metode Mind Mapping. Menurut Buzan (2007:4) mengungkapkan bahwa Mind Mapping adalah cara mencatat yang kreatif, efektif, dan secara hadiah yang akan “memetakan” pikiran. Selanjutnya Suprijono (2010:106) menjelaskan bahwa “Mind Mapping” adalah salah satu cara untuk menguatkan pengetahuan dan pemahaman peserta didik terhadap bahan-bahan yang telah dibacakan atau dijelaskan.
Sejalan dengan hal tersebut (Hidayat 2007:188) mengemukakan bahwa “Mind Mapping” atau pemetaan pemikiran merupakan cara kreatif bagi peserta didik untuk menghasilkan ide-ide, mencatat pelajaran, atau merencanakan penelitian baru. Dengan memerintahkan peserta didik untuk membuat peta pikiran, mereka akan menemukan kemudahan untuk mengidentifikasi secara jelas dan kreatif pada apa yang mereka pelajari dan apa yang sedang mereka rencanakan”.
Sementara itu, DePorter (2006:152) mengungkapkan bahwa “Peta pikiran menggunakan pengingat-ingat visual dan sensorik dalam suatu pola dari ide-ide yang berkaitan, seperti peta jalan yang digunakan untuk belajar, mengorganisasikan, dan merencanakan. Peta pikiran ini dapat membangkitkan ide-ide orisinal dan memicu ingatan yang mudah. Sedangkan menurut Trianto (2009:64) “Mind Mapping” atau peta pikiran adalah cara paling efektif dan efesien untuk memasukkan, menyimpan dan mengeluarkan data dari/ke otak. Sehingga siswa dengan mudah menggali informasi dari dalam dan dari luar otak. Dalam peta pikiran, sistem bekerja otak diatur secara alami. Otomatis kerjanya pun sesuai dengan kelamian cara berpikir manusia”.
Dengan demikian Mind Mapping atau peta pikiran adalah sebuah diagram yang digunakan untuk mempresentasikan kata-kata, ide-ide (pikiran), tugas-tugas dan hal-hal lain yang dihubungkan dari ide pokok otak. Mind mapping juga digunakan untuk menggeneralisasikan, memvisualisasikan serta mengklarifikasikan ide-ide dan sebagai bantuan dalam belajar, berorganisasi, pemecahan masalah, dan pengambilan keputusan.
Dari berbagai pendapat para ahli tersebut, dapat dijelaskan bahwa Mind Mapping adalah suatu cara memetakan sebuah informasi yang digambarkan dalam bentuk cabang-cabang pikiran dengan berbagai imajinasi kreatif. Proses belajar yang dialami seseorang sangat bergantung kepada lingkungan tempat belajar. Jika lingkungan belajar dapat memberikan sugesti positif, maka akan baik dampaknya bagi proses dan hasil belajar, sebaliknya jika lingkungan tersebut memberikan sugesti negatif maka akan buruk dampaknya bagi proses dan hasil belajar.
0 Response to "Pengertian Mind Mapping"
Post a Comment